Tuesday, November 16, 2010

WELCOME HOME ANAK IPA !!!!!!!!!!!

well, yeah.
selama ini gue kabur
gue ga mau pulang.
gue maunya lari dan lari.
dan terus mencoba menghindari kenyataan.
alhasil berhasil sih ha-ha-ha.
. . . .  .  
eh-tapi.

kabur di sini bukan kabur dari rumah loh. atau kabur dari orang.
gue cumaa kabur dari kenyataan :))
loh?
iya, kenyataan kalo gue anak IPA.
makanya judul postingan di atas 'begitu' kaan.

*tarik napas bentar*
hmm. okay, i'll let you on one thing.
jadi ceritanya, setelah berminggu-minggu gue lari kesana kemari.
dan berkutat dengan segala hal berbau non-eksak. 
gue sadar bahwa gue menginginkan pindah jurusan.
ya, gue katakan sekali lagi dengan gamblang: gue mau pindah jurusan!

mungkin banyak di antara kalian yang baca, terutama anak IPS bakal kontra banget sama pernyataan gue itu.
bahkan mungkin bakal keluar caci-maki?
atau kemungkinan anak IPA yang malah mencibir gue "you're betraying"?

yaa, itu terserah.
itu hak seseorang jika mau memendam amarah semacam itu.
agak sedih sih, tapi. .
no matter for me, it'll be your problem if you so. not mine :)


rasa cinta gue yang besar sama hal berbau bahasa dan jurnalistik meyakinkan gue tentang satu hal. ditambah lagi, kesukaan gue akan hal-hal baru seperti sosial dan manajemen juga ga mau berkompromi.
bahwa gue memang harus memilih jurusan social.
dengan begitu, jadilah.

jadilah gue yang merencanakan semuanya dengan sigap.
gue siap belajar dari awal supaya menang perang di ujian masuk nanti.
bahkan gue udah punya kelompok belajar, bareng dua temen gue yang juga mau ngambil jurusan sosial.
teman seperjuangan? ya mungkin bisa dibilang gitu kali yah ha-ha-ha.

*tarik napas lagi, sekalian peregangan bentar*
mulai dari situ, gue mencoba konsul sama banyak orang.
sama teman, alumni, guru BK, abang gue, kembaran gue, dan terutama ga pernah jemu gue diskusi sama nyokap tercintahhhh. thanks mom, you're the best mom ever for me muaahh :**

gue juga selalu diingatkan buat berdoa terus.
karena banyak hal yang menyita dan membuat gue ragu dengan pilihan itu -pindah jurusan-.
tapi berkali-kali pulang gue tetap mencoba yakin. gue berhasil kabur lagi.
banyak yang dukung pilihan gue, meskipun juga ada yang menyanyangkan.
tapi gue ga mau mempermasalahkan itu.
jadilah gue yang cuek dan tetap optimis.

maju terus, pantang mundur!

tetapi. . .
doa yang selalu gue sebut bunyinya bukan, "Tuhan aku mau ambil jurusan komunikasi. aku mohon engkau berkenan mengabulkannya, amin." -_______-" kesannya ngarep banget ya? emang sih ha.
tapi kayak gini, "Tuhan berikan aku yang terbaik, amin."
"abis itu kamu lepasin aja jadi bisa lega dan ga bikin beban", kata nyokap ke gue.

lalu.
kurang lebih sebelas minggu gue merasa oke dengan pilihan itu.
ya, selama itu pula gue selalu berusaha meyakinkan diri.
selama itu pula gue udah siap belajar. (tapi belum mulai sih he-he)
. . . . . . .
. . . . . . .
namun, semuanya jadi kacau.
yeah, KACAU.
HARUS DIULANG LAGI.

kenapa oh kenapa??
gara-gara kenyataan mencoba menampar gue hari ini.
ya, sepertinya dia marah karena gue ga pulang-pulang.
dia merindukan gue, mungkin.
tapi berkat tamparannya, gue jadi sadar.

gue memang mau ambil jurusan ips.
gue memang suka jurnalistik, yang berarti arah gue ngambil komunikasi.
gue memang suka dan niat.
tapi, kenyataan menyadarkan gue akan hal lain.

kenyataan bilang, "put lo ga harus ke ips kalo emang suka jurnalistik.
jurusan komunikasi juga mungkin bukan hal yang pengen banget lo jajaki.
inget, lo juga tertarik me-manage sesuatu meskipun lo ga mau ngambil jurusan manajemen."

dengan kata lain dia mencoba menyuruh gue pulang ke jurusan ipa.
gue bilang, "oke. tapi cuma ada satu jurusan yang gue kepengen banget"
cuma SATU jurusan ipa yang gue MAU.

bukan yang lain.

dan setelah itu, gue konsul lagi ke nyokap.
gue jelasin bla bla bla.
eng ing eng, ternyataaaaaaaaa nyokap ngedukung juga.
dan saat itu juga gue langsung yakin gue mau ambil jurusan itu -satu-satunya jurusan ipa yang gue mau-

terus gue mikir, emang besar ya kuasa doa itu.
kata-kata "Tuhan berikan aku yang terbaik" ternyata memang merevisi pilihan gue.
dan gue senang udah bisa ambil keputusan itu.
Thanks GOD, thankyou for leading me and everything :'))

so, Welcome Home for me!!!!!!!
SELAMAT DATANG KEMBALI ANAK IPA :D


eh terus jurusan apa yang gue pengen pada akhirnya?
hmm, coba tebak. clue-nya:
1).jurusan ipa tapi bukan kedokteran, pokoknya non-medical;
2).belajar managing, tapi bukan jurusan manajemen;
3).in other words, it is a mix of a little bit science class and social class.
apa cobaaaa?

 
                                                              Unfailing Regards,

Friday, November 12, 2010

Makes Me Feel Heartsick

heartsick?
gimana rasanya?
buat gue, itu terasa ketika harus menjadi dua orang yang berbeda sekaligus

oh,bukan.
mungkin lebih tepatnya: menjadi dua orang yang kasusnya berbeda.
ya, gimana rasanya?

bukan sembarang kasus, tapi kasus yang sudah lumrah dengan kata hard-feeling.
maksud gue kasus perasaan, tentu saja.
tapi, tetap saja.
keduanya adalah dua orang yang sama bodohnya.
  

kasus pertama.
jadi orang yang masih suka sama orang di masa lalu, gimana rasanya?
orang ini bukan mantan dan bukan siapa-siapa yang pernah menjadi 'status'.
orang ini cuma salah satu kenangan gue, which are still imprinted and maybe  irreplaceable :(

gimana rasanya waktu sadar ga akan semudah itu melupakan orang ini?
gimana rasanya waktu sadar kita masih merindukan saat-saat bersama orang ini?

gimana rasanya harap-harap cemas tentang apakah orang ini juga menyimpan perasaan yang sama?
gimana rasanya waktu diyakinkan dan akhirnya percaya bahwa orang ini memang menyimpan perhatian yang sama?
gimana rasanya waktu orang ini menyampaikan perasaannya lewat semua kata, laku, dan pandangan mata yang bisa meluluhkan?

namun ketika semuanya itu memucak. .
gimana rasanya waktu orang ini bilang, "okay, gue ga serius"?


kasus kedua.
jadi orang yang ternyata masih 'diingat' sama mantan, gimana rasanya?
senang? surprised? affected? pastinya :) well, i don't wanna be a hyprocrite

tapi, gimana rasanya waktu sadar perasaan kita buat dia udah bukan seperti yang dulu?
gimana rasanya waktu sadar dia masih menyimpan rasa sampai sekarang, padahal kita menginginkan dia untuk melupakan?

gimana rasanya menginginkan dia bisa move on dan tetap survive tanpa kita?
gimana rasanya menyimpan perasaan bersalah, jenuh, namun sekaligus peduli dan terharu?
gimana rasanya ingin mengucapkan maaf dan terimakasih bersamaan?

dan setelah semua hal itu. .
gimana rasanya waktu dia mengakui, "i will always remember our story"?
thanks for everything for him, that all are really meaningful for me :))


lalu?
rasanya seperti apa?
seperti orang bodoh. miris.

karena di satu sisi kita mengharapkan orang yang nggak akan pernah bisa jadi 'sesuatu' buat kita,
tapi di sisi lain kita malah menyia-nyiakan orang di depan mata yang masih bisa menyimpan 'sesuatu' itu buat kita.

dua-duanya memang  membuat gue menjadi orang bodoh.
dua-duanya memang orang-orang di masa lalu.
dua-duanya memang segelintir kenangan di masa yang berbeda.

dan ketika harus menghadapi keduanya,
gimana rasanya?


                                                                   The Unfailing Regards,