Thursday, August 25, 2011

Ganggu Saja Sang Bulan, Jangan Mereka!

Beberapa detik yang lalu aku berpikir,

Aku mau ganggu siapa sekarang?

Langsung terbayang dalam benakku orang-orang yang kupikir mungkin bisa 'kuganggu'.
Tapi seketika itu juga aku mengurungkan niat. 

Jangan mereka! pikirku.

Sebab aku sudah terlalu banyak mengganggu mereka.
Dan ketika pikiranku sedang mengelana alam lain, satu lagu berdentum dari playlist hp-ku.
Seolah memberikan sebuah jawaban.

Talking To the Moon
Satu lagi lagu yang memukau dari Bruno Mars.

Yeah, talking to the moon atau berbicara pada bulan.
Lalu aku berpikir, mungkin sebaiknya aku mengganggu bulan saja! 
Daripada manusia yang punya masalahnya sendiri disuruh mendengarkan perasaan galauku yang egois, lebih baik aku menganggu sang bulan yang tak pernah punya masalah.
Mungkin aku akan dipikir orang gila ya. Haha.

Tapi,coba dengar sebentar lagi.

Lagunya belum selesai.
Dan lirik yang satu ini seperti mengaum-aum, kurasa cocok menggambarkan suasana hatiku saat ini.

My neighbours think I’m crazy
But they don’t understand
You’re all I have
You’re all I have
At night when the stars
Light on my room
I sit by myself
Talking to the moon, tryin’ to get to you
In hopes you’re on the the other side talking to me too
Oh, am I fool who sits alone talking to the moon


Lalu pendengaranku seperti kabur, namun tetap kuhayati lagunya.
Dan tidak lama hening.

.......................................//.................................
Sebentar lagi ganti lagu.

Ketika terdiam, aku sadar akan sesuatu.
kurasa playlist-ku siang hari ini benar-benar mewakili perasaanku saat ini.
1.   Semua Tentang Cinta – Kerispatih 
2.   Way Back Into Love – Hugh Grant ft. Halley Bennet
3.   Next to you – Chris Brown ft. Justin bieber 
4.   Kita selamanya – Bondan Prakoso ft. Fade To Black 
5.   Simponi – Once 
6.   Bosan – RAN 
7.   Senyum Semangat – SM*SH 
8.   Without Words – Park Shin Hye (He’s Beautiful OST, Korean Song) 
9.   Kau Yang Bisa - Maliq & D’essential 
10. Why Not – Tim (49 Days OST, Korean Song) 
11. I Think About You Everyday – Rocket To The Moon

Hanya sebelas lagu. Lalu mati.
..................................//...................................

Aku tersenyum.  
Thanks for all, syukurku dalam hati.

Terima kasih untuk semuanya.
  • Untuk tiga orang yang hadir dalam bayanganku, yang kupikir tadinya akan 'kuganggu'.
  • Untuk Bruno Mars atas lagunya.
  • Untuk Sang Bulan.
  • Untuk Playlist (yang sudah ku setting ‘random’) pada siang hari ini.
  • Dan yang terutama, kepada Sang Pencipta.

Syukurku padaMu merumpah-ruah.
Semoga aku selalu mengingatMu pertama kali dalam setiap detik berharga di hidupku ini.
Amen. Love You, My Jesus Christ :')


                                                                                            Unfailing Regards,

Wednesday, August 24, 2011

Hanya saja aku merasa hampa

pukul 10:33
gue merasa hampa
gue mau jelasin kenapa tapi terlalu sulit ngejelasinnya
intinya malam ini mata gue kebuka akan sesuatu
ini menyangkut teman baik gue
*sigh*
pokoknya saat ini gue cuma mau bilang

.........................................................................................
   
Dia punya hidup baru.

Denganku, hanya segelintir perjalanan waktu
Pertemanan yang sudah lama.
Dia punya hidup baru.
Cerita, teman, perjalanan, dan orang-orang baru di dekatnya.
Bahkan, sahabat baru yang bisa memberinya jauh melebihi apa yang bisa kuberikan.
Bodohnya aku merasa hampa
padahal seharusnya ikut gembira kan? *cry*
Tapi, selamat ya temanku
aku gak akan pernah sadar kalau aku ga baca sesuatu tentang kamu malam ini.
Dan terima kasih buat semuanya.
Aku akan tetap berbahagia dan terus berdoa buat kamu.
   
Dia punya hidup baru.

Tapi aku punya apa?

                                                                                                   Unfailing Regards,

Sang Pujangga

Namanya Poeta   

Diadopsi dari bahasa Latin
 
Dalam bahasaku, Poeta berarti 'Sang Pujangga'


Aku dan dia begitu berbeda 

Kami jelas tidak serupa 

Bagaikan langit dan bumi 

Aku terlalu membumi untuknya 

Sedangkan dia setinggi langit untukku

Dia bagaikan Pujangga
Merangkai seribu puisi
Juga menyatu sejuta cerita.
Setiap penikmatnya terhipnotis
Menanti bait-bait emas dan merdu
Terpesona akan cantik celotehannya.
Dan ketika kata-katanya mulai menari
Ia memadu imajinasi dan mimpi di satu titik
Lalu membangun mahakarya dalam genggamannya
Dan menyihir dunia dengan setiap karyanya.

Sedangkan aku hanya seorang Pemimpi
Membualkan seribu mimpi
Juga mengaum-aumkan sejuta asa.
Kata-kataku selalu enggan berdansa
Entah kenapa mereka kaku dan gagu
Mematung dan menolak menyapa bumi.
Alih-alih melahirkan mahakarya
Setiap karya yang kupoles malah hampir hancur
Dan terbelenggu imajinasi yang kian tinggi.
Sungguh aku hanya sebutir pasir kecil dibanding pantai emasnya.
 

Namanya Poeta

Baru saja ia melambaikan tangannya padaku

Melempar senyum menawan di atas paras indonya

Belanda-manado, telah melahirkan seorang penyajak berbakat

Kini dia menghampiriku
Memijak langkah di atas tubuh mungilnya

Pertama kali datang padaku, ia memintaku jadi temannya
Dan aku berharap itu akan selamanya

Sebab karenanya aku menemukan harta,
Memburu dunia kata-kata, Dan mengelana khayal yang sama

   
Ya, itulah dia orangnya

'Sang Pujangga' 
 
Idolaku yang
 Sangat khas, persis seperti namanya

Poeta
  


                                                                                     Unfailing Regards,

Monday, August 22, 2011

Kajima...Butagiya

Jangan Pergi.
Baru satu cerita. Antara kau dan aku.
Semuanya.
Baru sebentar bertemu,
tapi kenapa harus sesakit ini.

  

Seakan merindu.
Begitu Sesak.

Jangan pergi, Kumohon.


Dan ketika hujan pun berlalu…
Aku menunduk.
Menunggu.
Derap kaki, suara langkahmu
perlahan mendekat.
Kamu berdiri, di depanku, mungkin menatapku.

       Dan ketika rintik hujan kian menjauh…
       Aku tetap menunduk.
       Menunggu. 
       Takut.
       Detik-detik kamu hampiri jemariku
       yang hampir beku.
       Lalu membekuknya dengan halus,
       mungkin menenangkan aku.

Dan ketika angin berembus menyemilir waktu…
Aku terdiam.
Mendongak, menatap mata itu.
Tahu ini waktunya, sudah tiba, begitu dekat.
Aku menggeleng, coba menepis.
Kamu menolak, merengkuh bahuku.

Aku bertanya “Kenapa harus begini?”


Dan ketika daun bergemerisik menyela sunyi…

Aku gemetar.

Mataku nanar.

Kamu menyentuh pipiku sekilas,

Sekali lagi coba menenangkan.

Seandainya kamu tahu arti kata-kataku

Di hari semua bermula, seharusnya waktu itu

tidak ada yang perlu jatuh cinta.

Tidak kau, ataupun aku.

Bukan kita.


Dan ketika angin menggoyang, meraup cuaca…

Aku ingat satu kata.

Sudah kuapal karena kukatakan terus-menerus

semenjak hari itu.

Sulit menemukan kata lain dalam bahasamu, tapi

aku tetap mencoba.


Aku berbisik,

“Kajima...”


Sekilas, terkejut.

Kamu cuma tersenyum sedih.

Kini kamu mengerti.

Tapi tanpa mau kamu turuti.

Kamu akan tetap pergi.


Dan ketika angin kencang mereda, menit semakin berlalu…
Kamu lepas.
Dari genggamanku.
Pandanganku.
Juga jangkauanku.
Tapi mengapa bukan hatiku sekalian?

Jangan pergi tanpa kata,
berbalik lalu keluarkan lagi kata-kata aneh dalam bahasamu itu.
Tenangkan aku, sekali lagi.


Dan ketika entah sudah berapa menit berdiri, sendiri…
Semua gelap.
Pandanganku kabur.
Dan perih yang aneh membubung.
Tanganku coba menggapai.
Tapi hanya angin di hadapanku, kekosongan.
Kamu sudah hilang,
tetap pergi dari semuanya aku.

Padahal sudah kukatakan berulang kali,

“Kajima…butagiya”


                                                                                            Unfailing Regards,