Showing posts with label reflexion. Show all posts
Showing posts with label reflexion. Show all posts

Thursday, January 22, 2015

Percuma Diam

percuma percuma percuma..

apabila kita tetap memilih diam satu sama lain

dalam keheningan yang memendam rasa marah-amarah ini



mungkin sama hati kita yang merasakan kelelahan begitu getir

ketergantungan aku akan kau yang selalu membuat nyeri ketika keheningan yang ini sedang memekak

dan sekali lagi aku katakan, aku tidak tahu bagaimana hatimu, apakah ketergantungan itu juga ada atau tidak pernah ada? apakah aku tetap ada dalam daftar yang selalu kau butuh?




percuma percuma percuma kita tetap diam dalam beberapa hari

tidak tahukah kau?


mengapa tidak disudahi saja diam yang berkepanjangan ini?

tidak ada gunanya, tidak menyelesaikan apapun, hanya semakim memperlama waktu dan merenggang jarak di hadapan kita




"Percuma. Sudah kubilang percuma jika diam ini diteruskan dan tidak seharusnya kita mengabaikan rasa rindu."



                                                                     Unfailing  Regards,

 

"Akar Waktu"

"waktu selalu mengakar sampai pada detik-detik yang takkan lagi bisa kau hitung dan kau rasa, tetapi bagaimana jika yang mampu kau miliki untuk bersama adalah akar waktu itu?"



***



terkadang kita hanya merasa sangat-sangat hampa

seperti sangat nyeri di batin
namun juga terasa kekosongan luas merongga hati

aku lelah merasa
tapi juga takut membayangkan tidak merasakan apa-apa lagi




terkadang kita hanya mampu bertanya-tanya
tapi tidak pernah ingin benar-benar bertindak

karena kita merasa terlalu takut akan kehilangan


apakah memang sudah saatnya?
ataukan memang tidak akan pernah ada saat itu?




Tuhan, beri kami petunjuk-Mu kemana kami harus melangkah
kemana kami harus berlabuh untuk tetap pada satu hati yang ada saat ini.


apakah kami hanya perlu bertahan dalam semua perkara untuk imbalan rasa bahagia dan saling memiliki
ataukah kami harus menempuh jalan berbeda untuk tumbuh dalam akar-akar waktu yang semakin menua?






                                                                                         Unfailing Regards,
 

Saturday, October 25, 2014

Just A Question..


"Touching him is like realizing all you ever wanted was right there in front of you"
(Red - Taylor Swift)



but..all this time,
does he feel the same?



                                                              Unfailing Regards,

Wednesday, September 24, 2014

Memori 24 September 2014.

harinya lewat begitu saja.
percuma mengharapkan ekpektasi.
kalau hanya akan mengecewakan diri sendiri.
tapi aku tetap bersyukur kok.
meskipun terkadang sesuatu tidak berjalan sesuai harapan,
aku yakin Tuhan punya rencana lain.

kesedihan dan kekecewaan akan digantiNya dengan kebahagiaan dan kepuasan rasa syukur.
aku percaya bahwa smua ada waktunya,
aku percaya bahwa smua ada gantinya.


dan dengan satu doa aku belajar untuk dewasa..

"Terimakasih Tuhan, umur yang ke-22 ini sungguh anugerahMu yang istimewa.
semoga aku menjalaninya sebagai manusia yang penuh syukur dan takut akan Engkau, serta berguna bagi banyak orang."

***

harinya lewat begitu saja.
tapi aku ingat..
tetap ada mawar pink. doa ucapan dan senyum memikat dari pujaan hati.
ucapan tulus dan doa-doa pertama kali dari keluarga yang paling aku sayangi; mama, papa, mba dita, mas putut, mas dodid, ayu, dan eyang.
kue capuccino cheese. lilin pink kecil yang menyala. dari seorang sahabat 9 tahun lebih.
beberapa doa dan ucapan yang menghibur dari para tante dan sepupu yang paling menyenangkan.
salam-salam jauh berupa ucapan selamat dari kawan-kawan lama.
jabat tangan hangat dan kata-kata singkat dari teman-teman seperjuangan satu jurusan Teknik Industri.

dan tentunya..
senyum bahagia dan hati yang semoga ikhlas dari diriku sendiri karena kebaikan Tuhan yang teramat besar.

bolehkah aku mengingat hari ulang tahunku tetap seperti itu?
seperti bahagia yang boleh aku rasa, seperti syukur yang boleh aku terima.

meskipun ada hal yang membuatku termangu, tapi aku ingat harus tetap bahagia.

ya, karena ada hal-hal kecil yang tetap membahagiakan dari orang-orang tersayang, ya kan?
dan aku akan selalu mengingatnya seperti itu :)



                                                                                            Unfailing Regards,
 

Wednesday, September 10, 2014

“Ayah, Selamat Ulang Tahun.”



Lilin menyala. 

Angka tujuh puluh empat berwarna merah itu bertengger disana.

Di atas kue ulang tahun bertabur keju dan coklat almond yang ditemani tulisan krim putih:

“Selamat Hari Ulang Tahun, Ayah.”



---

Aku lihat raut muka Ayah, ia tampak gembira di tengah kelelahannya sehabis bekerja. Pulang kerja, perjalanan jauh ditempuhnya, dan apa yang beliau dapat? Kejutan kecil dari anak-anak dan tentunya istri tercinta, alias Mama-ku.

Raut muka yang itu. Aku pandang lekat. Perasaan bahagia pasti ada jika melihat raut muka yang itu bisa tersenyum, bisa tertawa, atau bahkan sekedar mengucap kelakar “Wah, pulang-pulang dapat roti, kue ulang tahun!” ujarnya sambil terkekeh.

Kekeh yang keluar dari seseorang yang sangat kuhormati, pria paling terhormat yang pernah aku temui dalam hidupku, dan selamanya tidak akan pernah ada yang bisa menggantikan ‘tempat istimewa’nya di hatiku.  Beliau adalah Ayahku, pelindung kami, aku dan saudara-saudaraku, juga pendamping dan sahabat spesial Mamaku, sampai kapanpun.

Kekeh yang terdengar tua, keluar dari seseorang yang memang semakin bertambah tua. Beliau duduk dengan mata berbinar, menatap lekat kue berbentuk persegi panjang di depannya, sambil menunggu nyanyian “happy birthday” untuknya selesai kami latunkan. Cahaya matahari mempertegas kerutan-kerutan yang sudah ada di wajahnya sejak lama, bukti usia dan kelelahan yang sudah bertahun-tahun dimilikinya. Rambutnya mulai menipis di beberapa tempat, namun masih berwarna hitam, entah karena warna aslinya begitu atau memang cat yang sengaja dipoles untuk menutupi rambut-rambut putih bandel yang dijuluki ‘uban’.

Aku masih muda. Umur aku dan Ayah memang bisa dibilang terpaut sangat jauh untuk ‘ukuran umur ayah dan anak’. Tapi aku tidak terlalu polos dan muda untuk bisa melihat dengan jelas wajah penuh keringat itu, dalam rupanya, dalam dirinya, dalam hatinya, dalam setiap aura yang terpancar darinya, bahwa ia kelelahan. Bukan sekedar lelah biasa, tapi lelah yang mampu membuat siapapun yang melihatnya khawatir dan cemas.

Bahkan saat matanya terpejam, melakukan ‘make a wish’ seperti kebiasaan kami jika ada yang berulangtahun, aku bisa melihat waktu seakan berhenti berputar. Detik-detik seolah melambat ketika matanya terbuka kemudian mulutnya meniupkan angin untuk mematikan lilin berwarna merah itu. Bukan hanya aku, tapi juga saudara-saudaraku, terutama Mama, pasti merasakan apa yang aku pikirkan saat ini.

Perasaan takut dan simpatik yang menjalar-jalar setiap kali mendengar suara nafasnya yang hampir satu-satu, perasaan bertanya-tanya dan hati yang selalu berdoa untuk kesehatan Ayah setiap saat, setiap waktu, setiap tarikan nafas hidupnya.

Apapun yang dilakukannya, mungkin tahun-tahun kelam dimana keluarga kami seperti rumah sunyi, dimana sikap acuh berkobar dalam kepahitan yang terus dipendam, aku memutuskan untuk memaafkannya. Aku memutuskan untuk berhenti bersikap menghindar dan seolah bermusuhan dengannya. Mencoba memahaminya dengan memutuskan bahwa beliau punya alasan mengapa itu dilakukannya, menjadi Ayah sekaligus Suami yang menjaga jarak dengan anak-anak dan istrinya. Yang selama bertahun-tahun mengecewakan keluarga kecilnya sendiri.

Jadi, aku mencoba bersikap dewasa dan membuang jauh segala pikiran sempit dan prasangka. Aku pikir: Mengapa tidak membuka diri, mengapa tidak saling memaafkan dan belajar saling mengerti ketika kau masih sanggup melakukannya? Sebelum semuanya terlambat.

Tapi Ayah, cukup hari ini saja, lupakan itu semua ya. Yang ingin aku lihat dan kenang dari hari membahagiakan ini hanya satu, yaitu wajah bahagia dari pria yang paling kuhormati di dunia ini. Tersenyumlah, Ayah. 

Biarkan kue berwarna putih almond dan keju kuning pucat itu menarik urat-urat senyummu. 
Biarkan dua kado yang terbungkus rapi nanti menyimpan kejutan kecil untukmu. 
Biarkan bubur hangat buatan Mama yang sebentar lagi akan kau santap memberikan energi baru untuk tubuh yang letih itu. 
Biarkan rasa cinta dan sayang dari istri dan anak-anakmu mendoakan kesehatanmu.


---


“Tetaplah sehat, Ayah. Tuhan selalu menyertaimu.
Kepahitan apapun yang pernah terjadi, kami akan tetap menyayangi dan membanggakanmu, karena kami tetap keluargamu. Seutuhnya.”


25 Agustus 2014.
Latepost.
Rumah.



                                                            Unfailing Regards,

Tuesday, April 22, 2014

Seseru Itukah?


apa hidup mereka memang seseru itu?
karena terlihat seperti itu..

dari setiap foto yang tertawa bahagia, memeluk kekasih, atau dimanja sang pujaan hati.
dari setiap tulisan yang tersenyum bijak, obrolan penuh canda, atau dewasa oleh realita.

dari setiap pandanganku akan mereka..yang terlihat begitu menikmati hidup.
meskipun kesulitan tetap mendera dan kesedihan pilu tetap ada..
namun entah kenapa..mereka tetap selalu terlihat seseru itu.

apa hidup mereka memang seseru itu?
atau yang terlihat hanya sekedar topeng untuk bertahan dalam eksistensi?

aku agak iri  :")


                                                                       Unfaling Regards,
   

Saturday, October 12, 2013

Merasa Sepi.

coba katakan apa yang kau rasakan saat ini juga?

aku merasa..

rapuh.
rindu seseorang.
sendirian.
kalut.
payah.
lemah.
marah.
takut.
cemas.
pasrah.
lelah.
'tidak terlihat'.
I feel like i'm invisible.



tadinya kupikir dengan memiliki 'seseorang' spesial itu di samping kita membuat kita merasa utuh,
awalnya aku merasa begitu.
tapi..ketika sesuatu tidak berjalan seperti yang kita harapkan,
akankah kita mencoba dewasa untuk tetap bertahan (lagi)?

karena pada akhirnya lagi-lagi aku merasa...
lelah merasakan, seperti hanya ingin melepas
namun sangat takut kehilangan.
sampai rasanya tak pernah aku begini...
merasa sepi.




                                                                                                         Unfailing Regards,

Saturday, August 24, 2013

Doa #1

Tuhan..
mungkinkah malam ini saya membuat kesalahan lagi?
akankah itu menyebabkan sebuah rasa yang baru saja akan tumbuh memudar lagi?
akankah kejenuhan pada satu hati kembali membubung lagi?

jangan ya, Tuhan.
jangan biarkan begitu.

.......


namun, jika itu harus terjadi..
topang aku, kumohon.
karena aku tahu takkan sanggup untuk sendirian menghadapi itu lagi.

dan jika memang harus terjadi lagi..
kali ini aku takkan sebodoh dan serapuh dulu,
namun aku tetap pasrah.

dan aku tahu dirinya pun takkan sebodoh dan seegois dulu.
karena itu aku hanya akan menunggu

menunggu dia memastikan hatinya benar-benar padaku,
memahaminya,
dan bersiap memeluk cintanya lagi.


***



sebab kali ini aku tahu aku harus benar-benar percaya,
seperti yang ia katakan padaku setiap kali aku ragu,

"Hubungan itu harus dilandasi rasa percaya, cinta seharusnya saling percaya."





                                                                                                     Unfailing Regards,

Wednesday, July 10, 2013

We're Not Broken Just Bent

"just give me a reason"?
iya, itu lagu.

tahu tentang apa?
aku nggak tahu pasti, tapi itu berdentum dalam suasana kala itu.
ketika dua hati saling mempertanyakan

dalam bimbang, kita bertanya
akankah kesempatan itu memihak kita untuk saling mengakui
bahwa rasa itu memang tak pernah mati

dan kala itu
aku tenggelam dalam sakit namun bahagia
rindu dalam kelegaan
dan meski harus kacau kesekian kali, aku tetap berdebar-debar

ini kondisi apa, seperti ini?
"we're not broken just bent."

akan berjalan kemanakah kedua telapak kaki kita?
ingin kembali, tapi aku takut sakit lagi.
ingin pergi, tapi aku hanya akan membohongi diri sendiri.

haruskah kita saling membuat jarak agar kelak kita merasakan bahwa rindu memang selalu tumbuh.
haruskah langit yang kita tatap dan bumi yang kita tapak,
biarkan menuntun pada "dimana hati berada"
"and we can learn to love again?"


 --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---




"Sayang.."
akankah nama itu saling memanggil lagi, kelak?




                                                                        Unfailing Regards,

Tuesday, June 25, 2013

Kapanpun, Asal Kau Percaya.

-Awal Januari.

 aku lihat
secara tidak sengaja
dua bola mata hitam itu berkaca-kaca
aku terdiam.
aku lihat
dengan lebih saksama
air mata itu menitik kecil di ujung pelupuk
aku menggigit bibir.
aku lihat
secara jelas dan nyata
air mata itu tumpah ruah membasahi pipi dan wajahnya...
aku tidak tahu harus berbuat apa.

aku hanya bisa menatapi
sosok terluka yang sedang meratapi itu

isak tangis itu berusaha ditutupinya
ditahan
sementara perasaan pilu terus menjalar
antara hancur dan kosong
hampa dan marah
atau cemas dan kecewa

ada apa?

bodoh aku bertanya, jelas aku tahu kenapa dia begitu.
itu yang terjadi ketika "sang cinta" seolah terasa pergi meninggalkannya.
padahal belum tentu begitu.

"kapanpun cinta itu bisa kembali.
asal kau percaya."



-Pertengahan April.
tuh kan, aku benar.
pria itu kembali, cintanya kembali.
meskipun dengan penyesalan yang penuh dan dalam.
namun terlambat, sangat terlambat.
karena kini kau sudah menemukan "cinta" yang jauh lebih baik dari pria itu.




-Akhir Juni.
semua kelam itu sudah lewat sejak lama,
kini kau bahagia
kini kau sudah bersama orang yang membahagiakanmu, ya kan?
itu berkah dan bayaran yang pantas karena selama ini kau sudah menjadi gadis yang kuat.
hebat dan sabar.

welldone, sist :)


kini aku yang harus menapaki jalan yang pernah kau tempuh itu.
karena seseorang mengatakan hatinya sudah 'berbeda'.
aku biarkan, mungkin saat ini dia hanya ingin 'bebas'.
namun aku tetap pada pikiranku, aku yakin..


"kapanpun cinta itu bisa kembali.
asal kau percaya."


                                                                                                      Unfailing Regards,

Monday, February 25, 2013

Ketika Datang Dengan Sejuta Cerita

Ketika beberapa hari sibuk menanggapi segala kondisi dan waktu yang menyita.
Ketika berkutat dengan dunia di luar sana terlalu lama. 
Ketika tersentak menyadari kita merindukan 'seseorang' yang istimewa.
Ketika pertemuan dengan 'seseorang' itu menjadi hal yang sangat didamba.
Ketika semua cerita ingin diluapkan menjalar-jalar kepada satu hati. 
Ketika hati melesak menahan rindu tak karuan.
Ketika otak tak kunjung berhenti memikirkan satu wajah.
Ketika...ketika...



Ketika cinta sangat sangat ingin saling bersua, 
        mungkin kita datang dengan sejuta cerita..



karena perjumpaan yang seolah telah lama tertunda 
membuat kita melangkah sendiri tanpa adanya 'seseorang' itu di samping kita
kita mungkin mau 'pergi' sementara, bebas sebentar,
 
namun setelah beberapa hari akhirnya kita menyadari,
ada yang hilang.
tanpanya kita buntu.

meskipun di satu waktu keberadaan kita tanpa dia adalah waktu yang sangat bebas dan mandiri,
hal yang mungkin bisa sangat kita sukai karena melahirkan kemandirian dan eksplorasi pribadi tak terduga,
namun tanpanya, entah kenapa...
kita buntu.


bukan tersesat,
tapi rasanya hanya ingin..pulang..
ke tempatnya, ke pelukannya, ke peraduan hatinya.



                                       Unfailing Regards,

Wednesday, December 12, 2012

Akhir-Akhir Ini...

Keberatan jika aku di sini?

aku tahu.
sesuatu sedang terjadi, tidak begitu baik, tidak begitu buruk
terserah itu kau saja yang nilai.

aku tahu.
ah, aku mungkin tidak tahu.
tapi aku mencapai pada titik ini, hampir menuju puncak, aku masih di lengkung bahagia.
tapi aku merasa
bersamamu akhir-akhir ini terasa...
ehm, apa namanya ya.

bukan menyesakkan,
bukan jenuh.
bukan berhenti komunikasi,
bukan. bukan segitunya.
tapi aku hanya berharap itu tidak akan pernah terjadi.

bagaimana mengutarakannya.
akhir-akhir ini terlalu sering pasang surut, aneh.
kadang menyenangkan kadang membosankan, kadang dibicarakan kadang biar dilupakan saja.
seperti ada yang salah, ada yang kurang
ada yang harus diperbaiki, dikonfirmasi, diklarifikasi.
tapi entah itu apa.

tapi akhir-akhir ini kita hanya diam.
seperti masing-masing dari kita menghindari hal-hal yang harusnya dibicarakan,
meskipun mungkin kamu hanya akan menanggapi, "memangnya ada apa?"
dan aku hanya akan menyanggupi, "iya ya, kita kan memang sedang baik2 saja."

terkadang ketika ingin memulai, aku jadi bisu
takut tidak lancar, enggan berjalan seperti harapan.
takut...takut datar.
karena biasanya memang selalu begitu.

jadi aku begini.
sekarang ini.
bagaimana menjelaskannya...rasanya ketika kamu tidak ingin bertemu 'seseorang', namun di saat bersamaan pada satu sisi yang lain kamu juga sangat ingin bertemu dengan 'seseorang' itu.


                                                                                           Unfaling Regards,
 

Sunday, October 28, 2012

Masih Berkutat

pukul 22:42
aku masih berkutat dengan waktu.
aku masih berkutat dengan 'kerja' ini.
berkutat dengan hal yang paling menyibukkanku belakangan ini, laporan akhir praktikum.
masih berkutat dengan laptop malang yang menunggu istirahat karena seharian menyala.
masih berkutat dengan soal-soal laporan lainnya yang siap menunggu diketik.
masih berkutat dengan mesin tik dan kertas-kertas putih A4 bergaris tepi dengan margin 4-4-3-3.
masih berkutat dengan segala perkara mengenai revisi laporan akhir minggu lalu.
masih berkutat dengan semua pikir jengkel akan anggota satu kelompok yang kurang becus (maaf) melakukan tugas simpelnya.
masih berkutat dengan semua hal itu.
sampai detik ini juga.
bahkan aku sempat-sempatnya menulis di blog ini dengan mengesampingkan semua perkara "masih berkutat" itu.
aku meluangkan waktu, sebentar saja.
sebenarnya hanya karena aku ingin menulis sesuatu, mengatakan sesuatu dengan pikiran yang satu ini:

"karena sesibuk apapun aku,
masih berkutat dengan semua pikiran tentang kamu"
"entah kenapa, seketat apapun waktu mengejarku, bayangan tentang kamu 
selalu mudah menelusup.
selalu semua hal berkutat dengan kamu" 


***

maka aku putuskan menulis ini, semoga kamu bisa baca saat ini juga he-he :p

"selamat malam, ya Sayang. Sleep tight, Love you"


                                                                                                         Unfaling Regards,

Thursday, September 13, 2012

Biarkan..Diam Sebentar

ssstt..
aku hanya ingin diam sebentar.
jangan ganggu.

biarkan pintu itu ditutup.
biarkan hanya jendela saja yang dibuka.
biarkan semuanya sepi.
biarkan semua gaduh itu menari di luar sana.
biarkan dunia berjalan sendiri di balik sana.
biarkan saya.
biarkan tetap disini.
biarkan termakan waktu.
biarkan detik bergelimpangan jatuh bersama pikir.
biarkan jutaan memori keluar berarak-arak.
biarkan saya mampu mengaduk semua rasa selama ini.
tapi saat ini.
biarkan saya disini.
sendiri.
mengurung.
merenung.

biarkan..
hanya untuk sementara waktu.
                                                                              Unfailing Regards,

Monday, August 6, 2012

Tentang Impian dan Seorang Teman Pembawa Inspirasi


"Apa kamu pernah merasa bahwa kamu semakin jauh dari impianmu, sementara orang lain terlihat begitu dekat dengan mimpinya? Tidakkah kamu merasa iri?"

***

Hari ini saya bertanya-tanya, "Dia sedang apa ya?"

Dia siapa, yang pasti bukan pacarku. Bukan keluargaku. Bukan saudaraku. Tapi juga bukan "bukan siapa-siapa"-ku. Dia temanku. Dan kami cukup dekat. Dia pernah menjadi orang terdekatku. Temanku dari SMP. Jelas, dia "siapa-siapa"-ku kan?

Bukan hanya itu, bukan sekedar teman biasa. Bisa dibilang kami bersahabat. Lebih dari itu, dia orang yang pernah menjadi inspirasiku. Bukan karena dirinya memotivasiku, dia bahkan tidak melakukan apa-apa. 
Dia juga tidak pernah mencoba jadi orang lain. Selama ini dia cukup menjadi dirinya sendiri untuk bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. 

Dia orang yang memiliki kekuatan dan aura. Dan orang yang memiliki kekuatan dan aura selalu berhasil menjadi orang hebat yang dapat membuat orang lain merasa hebat karenanya. 
Tanpa disadarinya, temanku yang satu itu cukup memberiku vibrasi untuk termotivasi. 

Dia menyadarkanku bahwa aku punya impian. Bahwa aku punya hobi, kesukaan yang ingin kugeluti.
Kesenanganku dalam membangun dunia di alam pikir, aku sadar menyukai hal itu.
Bukankah menyenangkan dapat menyelami sudut pandang seseorang dengan membaca suatu cerita dari seorang penulis, apalagi jika kau mampu menuliskannya kembali menurut versimu.
  
Lalu aku bergumam lagi. Dalam benakku, "Mungkin dia sedang mengejar impiannya."
Aku merengut. Aku bagaimana? 

Mungkin baginya dunia itu impiannya, namun bagiku dunia itu hanyalah hobi. Aku bahkan belum mengetahui apa impianku secara nyata. Di sini pun aku sedang mengejar bidang yang lain. Dunia perkuliahan malah menarikku ke jenjang industri, statistika, manajemen, organisasi perusahaan, kepabrikan, analisa kelayakan mesin, dan entah masih banyak lagi. 

Tadinya aku berpikir aku melenceng jauh. Tapi ini pilihanku. Aku telah memutuskan. Dan aku merasa tidak ada yang salah dengan hal itu. Jadi aku hanya akan menjalani apa yang ada di depan mata. Aku percaya tidak ada hal yang sia-sia terjadi dalam hidup ini, hidupku, dan hidupmu. Aku percaya semua hal terjadi karena suatu alasan. Termasuk "peristiwa" bahwa aku sekarang berdiri di ranah industri, bukan berarti aku akan jauh dari hal-hal yang kusukai: sastra. 

Dan aku berjanji pada diriku sendiri. Apapun hal yang kujalani saat ini, aku akan fokus.
Fokus menjadi apapun. Hingga akhirnya aku berhasil seperti apa yang diinginkan dan diperlukan, untuk Sang Tujuan, untuk orang-orang yang kusayangi, untuk orang banyak, dan untuk diriku sendiri.

Sambil tersenyum, aku mendoakannya, "Semoga kelak kau menjadi orang yang berhasil, Aninta Ekanila Mamoedi."


                                                                  Unfailing Regards,
 

Sunday, August 5, 2012

Kuat Itu Apa?


"Ya tapi harus kuat dong kalo di depan aku."
Aku hampir mencibir, itu mustahil dalam benakku. Namun yang kulakukan hanya mengangguk. Mencoba tersenyum, "Aku mengerti."


***
 
"Kuat itu apa?" anganku bertanya. Mungkinkah jawabannya retoris?
Mungkinkah jawabannya subjektif?
Bolehkah aku memiliki kesimpulan sendiri mengenai hal ini? Lagian, bukankah setiap pemilik akal adalah "sutradara" dalam dunianya masing-masing? Maka, bagiku mungkin begini:
Kuat itu ketika kamu mampu untuk tidak memberitahu siapapun kamu sedang bersedih atau tidak menceritakan masalahmu pada siapapun dan tetap berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. 
Bukankah begitu? Menurutmu, bagaimana?


 ***


Lalu mengapa bagiku itu sukar dilakukan?

Kenapa aku selalu selemah ini?

Kenapa aku tidak pernah bisa jadi lebih kuat?

Kenapa rasanya sulit bagiku untuk jadi gadis yang lebih tegar?


Hey, kau.

bisakah beri aku jawabannya?


                                                               Unfailing Regards,

Friday, July 20, 2012

Perhaps That's The Truly Matters ?

i know it's not only a matter of time.
but also needing a courage to prove it:your-truly-self. 
this is also about being a person who required and wanted by someone we loved.
and how to be a better person for that someone.  

if you want to be free, so i'm letting you fly.
if you need some times, so i'm giving you a much.
and i'll be waiting untill you come to look for me, again. 
until that time, i would be someone's better, braver, stronger
than before. just wait and see.

                                                                     
                                                                 Unfailing Regards,

Monday, June 4, 2012

I'm Fool Again

"sepeduli apa? 

masih samakah yang dulu dengan sekarang?"



itu pertanyaan bodoh ya?

aku bodoh, ya?


terkadang bukan aku tidak mau mengatakannya,
hanya saja terkadang masih terasa sulit ketika harus menjelaskan apa maksudnya.


***

"Sometimes I just missed the past
and like a fool hoping something impossible like turning back the time.."




                            Unfailing Regards,

Monday, April 30, 2012

Does This Mean A Happy Ending ?

It's just a thought,
"Does these words below tell about 'a happy ending'?"


When you have waited for so long and finally met someone that you dreamed all this time, you probably thought that it is a happy ending. 
 
But conversely for me, I actually thought that the story has not reached 'the ending' yet.
  
Otherwise, maybe the story's just moving on and just getting started..

isn't it?


                                                   Unfailing Regards,

Thursday, April 19, 2012

Hanya Terkadang

Terkadang seperti ini ...

   

Terkadang aku ingin lari.
Terkadang aku ingin pergi.
Terkadang aku tidak bisa tahan jika terus-menerus membuat kecewa.
Terkadang aku berpikir mungkin aku bukan orang sebaik itu.
Terkadang aku berpikir aku tidak bisa menjadi apa yang diperlukan, apa yang diinginkan.
Terkadang aku merasa sangat bodoh ketika menyadari sesering itu membuat kesalahan.
Terkadang aku terus menerka apa yang bisa kulakukan untuk memperbaiki semuanya.
Terkadang aku merasa aku bukan yang 'lebih baik dari yang sebelumnya', apalagi 'yang terbaik dari yang lainnya'.

Terkadang kecemasan merayapi kalbu tanpa alasan, tanpa diduga. 
Dan aku ingin kamulah yang meyakinkan aku ketika cemas itu mulai datang, tuk menghapus semua risau dan kepanikan.
Sebab aku merasa takut memikirkan semua itu.

Sungguh, aku takut.
Dan tahukah, setiap kali kamu begini aku sangat sedih?

Namun setiap saat aku memikirkanmu.
Merindukanmu, bahkan di saat kamu sedang begini.

Setiap kali hal seperti ini terjadi, bagiku tiada waktu tanpa merenungkannya.
Sambil tetap menunggu senyum itu kembali seperti semula.
Dan terus berdoa semoga kamu yang seperti biasanya cepat datang kembali.

***

Dan aku mengerti bahwa pergi takkan menyelesaikan apapun.
Karena itu aku tetap disini. 
Sayang, aku tahu aku takkan mau jadi pengecut yang hanya bisa lari..


                                      Unfailing Regards,